Salam Dariku Ra......
pagi Ra, mungkin saja baru pagi ini sempat kau baca suara kalbu ini
sebab semalam engkau tidur dengan pulas sekali
setelah seharian bergulat dengan gemerlap pijar lampu yang menyilaukan
Ra aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa peracakapan kita
di perlehatan sakral itu penuh makna bagiku
meski kau hanya ucap sepintas lalu
ucapmu adalah anugerah bagiku
tapi tahukah kau Ra saat itu hatiku laksana terhempas gletser
dingin sedingin beku
sejuk sesejuk embun yang jatuh didedaunan
Ra , adakah bahasa yang sanggup ungkap bahagia ini
saat kutahu kau baca setiap sajak
yang kukirim padamu disetiap titik dua belas
dan yakinlah Ra, aku pasti datang padamu bukan hanya sajak
seperti janjiku padamu saat itu
tak lupa kubawa serta segala kejujuran yang pernah kumiliki
itupun jika ada sepatah kata kepastian darimu
Ra, dibawah kegamangan dan keraguan mungkin
aku menggigil diam seribu bahasa
tersiksa waktu yang tersenyum beku disudut sunyi......
Seperti biasanya Ra, malam inipun aku asyik sekali mengeja kata
meski sebenarnya seluruh tubuhku serasa penat
tapi entahlah Ra, mata hati ini masih mengajakku mengembara
menyusuri jalan-jalan setapak sepi kedalaman sunyi
dan tiap langkah kaki adalah nyanyian sepi
yang melantun lirih diatas kerikil beku
Dingin Ra, malam ini dingin sekali
kucoba menyelimuti diri dengan sepenggal sajak tentang kepahlawanan
yang sempat kubaca dari sebuah koran sore tadi
namun dingin ini masih menghinggapiku
dan tiba-tiba saja fikiranku terpaku pada zodiak yang terpampang di pojok halaman
Gemini asmara minggu ini dia sedang tidak enak hati...bla...bla...bla...
kuda asmara bulan ini sedang baik dia masih ragu bla bla bla
ah, tidak mengenakkan sekali zodiakku kali ini
untung saja aku tak sedikitpun mempercayainya
oh ya Ra, aku lupa mengatakannya padamu
bahwa tadi siang aku sempat melukis sketsa wajahmu
meski hanya sebuah sketsa hitam putih
namun tergurat jelas didinding hatiku
sebuah namamu terukir dibawahnya dengan huruf penuh cinta
bukankah kautahu Ra, aku tak bisa lepas dari bayangmu.
Ra, dikejauhan lonceng berdentang tiga kali
memaksaku lelap sejenak
kuatkan diri untuk esok pagi
agar kita bisa bertemu cakap tanpa rasa kantuk
Malang,malam tahun baru 2010
BLACKGAMEHOLIC. DEPARTEMENT GENERAL ALL BLACKGAMEHOLIC. blacgameholic@yahoo.co.id
Jumat, 16 Juli 2010
Prolog dan Epilog Hati
Terkadang loyalitas menghalangimu melakukan hal yang kau inginkan.
Terkadang kau tak bisa menceritakan rahasia itu karena tidak berhak menceritakannya
namun wajib melindunginya.
Aku seperti bulan yang tersesat.
Planetku hancur dalam skenario film tentang kepedihan hati,
yang menimbulkan perubahan besar yang tetap,
walau bagaimanapun, bergerak dalam orbitnya yang kecil dan mengitari ruang angkasa yang kosong
Aku berusaha sebisa mungkin
hidup dimasa kini,
tanpa masa lalu yang menghilang
dan masa depan yang menjelang
terlarang untuk diingat
takud tuk dilupakan
Aku sadar tak ada apa2 yang bisa dicari
tak ada apa2 yang bisa ditemukan
kecuali hutan yang kosong
dan tak ada apa2 lagi untuk ku
tak ada apa-apa…kecuali
KEHAMPAAN…
dan jika kepedihan ini
bisa cukup mereda
Hingga mampu melupakannya,
Aku yakin akan merasa bersyukur
atas waktu yang pernah ia berikan pada ku.
Lebih dari yang ku minta,
lebih dari yang pantas ku terima…
Mungkin suatu saat nanti
aku bisa melihat seperti itu
Waktu berlalu.
Bahkan saat rasanya mustahil, waktu tetap terus berjalan
Bahkan disaat setiap detik pergerakan jarum jam terasa menyakitkan.
Bagai denyut nadi di balik luka memar.
Waktu seakan berlalu dijalan yang tidak rata,
bergejolak dan diseret-seret,
namun terus berjalan. Bahkan bagiku.
Itu membuatku merasa TOLOL,
karena berpikir untuk selalu menepati janjiku.
Dimana logoisnya,
menepati kesepakatan yang sudah dilanggar pihak satunya?
Siapa yang peduli kalau aku melakukan perbuatan TOLOL?
Tak ada alasan kenapa aku tak boleh melakukan hal TOLOL…
toh…aku tak punya pikiran…
Pikiran ku yang mati…
Solo,Jully 2010
Terkadang loyalitas menghalangimu melakukan hal yang kau inginkan.
Terkadang kau tak bisa menceritakan rahasia itu karena tidak berhak menceritakannya
namun wajib melindunginya.
Aku seperti bulan yang tersesat.
Planetku hancur dalam skenario film tentang kepedihan hati,
yang menimbulkan perubahan besar yang tetap,
walau bagaimanapun, bergerak dalam orbitnya yang kecil dan mengitari ruang angkasa yang kosong
Aku berusaha sebisa mungkin
hidup dimasa kini,
tanpa masa lalu yang menghilang
dan masa depan yang menjelang
terlarang untuk diingat
takud tuk dilupakan
Aku sadar tak ada apa2 yang bisa dicari
tak ada apa2 yang bisa ditemukan
kecuali hutan yang kosong
dan tak ada apa2 lagi untuk ku
tak ada apa-apa…kecuali
KEHAMPAAN…
dan jika kepedihan ini
bisa cukup mereda
Hingga mampu melupakannya,
Aku yakin akan merasa bersyukur
atas waktu yang pernah ia berikan pada ku.
Lebih dari yang ku minta,
lebih dari yang pantas ku terima…
Mungkin suatu saat nanti
aku bisa melihat seperti itu
Waktu berlalu.
Bahkan saat rasanya mustahil, waktu tetap terus berjalan
Bahkan disaat setiap detik pergerakan jarum jam terasa menyakitkan.
Bagai denyut nadi di balik luka memar.
Waktu seakan berlalu dijalan yang tidak rata,
bergejolak dan diseret-seret,
namun terus berjalan. Bahkan bagiku.
Itu membuatku merasa TOLOL,
karena berpikir untuk selalu menepati janjiku.
Dimana logoisnya,
menepati kesepakatan yang sudah dilanggar pihak satunya?
Siapa yang peduli kalau aku melakukan perbuatan TOLOL?
Tak ada alasan kenapa aku tak boleh melakukan hal TOLOL…
toh…aku tak punya pikiran…
Pikiran ku yang mati…
Solo,Jully 2010
Langganan:
Postingan (Atom)